Tahun ini merupakan kali pertama People-to-People Exchange diselenggarakan di Indonesia yang dilaksanakan oleh KPRI dan University of the Philippines (UP) pada 22 Juli sampai 25 Juli 2019. Sebelumnya KPRI, melalui Sastro, telah mempromosikan kepada teman-teman UP tentang ekonomi alternatif, ekonomi yang berdasarkan kebersamaan di mana organisasi massa adalah detak jatung perekonomian itu sendiri. Walaupun ekonomi alternatif belum sepenuhnya sempurna sebagaimana yang dikonsepkan oleh anggota-anggota KPRI, namun pondasi ekonomi alternatif sudah terbentuk melalui pembangunan alternatif/Alternative Development (AltDev) yang telah terjadi di basis-basis massa anggota KPRI. Misal, AltDev sudah dilakukan di basis-basis SPP (Serikat Petani Pasundan) dimana terbangunnya infrastruktur sosial seperti; masjid, sekolah, pusat pupuk dan lain-lain. Maka keberhasilan yang dilakukan oleh anggota KPRI, dalam hal AltDev telah menarik jaringan KPRI di Asia Tenggara untuk belajar bersama atau adanya aktifitas transformasi antar organisasi di wilayah Asia Tenggara yang merupakan goal dari program People-to-People Exchange.
Tempat penyelenggaraan program sebagian besar dilakukan di Desa Tanjung Karang-Cigalontang, Kab. Tasikmalaya, Jawa Barat. Sedangkan acara penutupan program People-to-People Exchange berlangsung di kantor Eknas Walhi Jakarta. Ada beberapa faktor utama kenapa People-to-People Exchange di selenggarakan di OTL Cigalontang. Hal pertama adalah faktor jarak, di mana perjalanan antara Jakarta dan OTL Cigalontang bisa memakan waktu kurang lebih delapan jam, sedangkan waktu penyelenggaraan hanya tiga hari (22-25 juli). Sebagai panitia di Indonesia, kita tidak mau program People-to-People Exchange hanya habis diperjalanan. Selain itu OTL Cigalontang mempunyai kesiapan dalam menjamu tamu-tamu dari luar, mulai dari makan dan juga MCK. Faktor kedua ialah OTL Cigalontang sudah berhasil dalam mengaplikasikan AltDev setelah aksi reclaiming di tahun 2002. Hal ini dibuktikan dengan terbangunnya sarana-sarana sosial seperti sekolah dari mulai tingkat SMP dan SMK Pertanian hingga akses jalan. Dan yang terakhir adalah faktor politik dimana anggota OTL Cigalontang menjadi kepala desa di Tanjung Karang.
Selain kenyamanan lokasi dan tempat, para partisipan juga mendapat banyak pengetahuan dari penduduk desa Tanjung Karang. Pengetahuan yang didapat di OTL Cigalontang akan mereka transformasikan kepada basis-basis pengorganisiran di daerah asalnya masing-masing. Bahkan Pimpinan massa dari organisasi masyarakat adat di Filipina akan mengirim tiga perwakilan untuk belajar lebih banyak dari SPP. Walaupun fokus programnya adalah tentang isu-isu agraria dari berbagai sektor.
Tujuan dari People-to-People Exchange tak hanya sekedar solidaritas gerakan di lintas sektor dan lintas negara, tapi program ini mencari sebuah Alternative Development dimana gerakan akar rumput adalah inisiatornya. Karena kita tahu mereka adalah pengubah dari sebuah peradaban dan juga mereka adalah orang pertama yang terkena dampak pembangunan yang selama ini dijalankan oleh penguasa.
Untuk merealisasikan program tersebut maka panitia dari Indonesia dan Filipina sepakat bahwa peserta harus berintegrasi langsung dengan anggota SPP di OTL Cigalontang, Desa Tanjung Karang. Mengintegrasikan para peserta di basis massa adalah cara yang efektif untuk mengenal lebih jauh tentang pembangunan alternatif di OTL Cigalontang. Hal paling utama bagaimana mengintegrasikan peserta adalah dengan cara para peserta tinggal di rumah-rumah anggota OTL Cigalontang. Dengan begitu, para peserta akan banyak belajar tentang kehidupan sosial anggota OTL Cigalontang.
Gambaran diatas merupakan sekelumit yang bisa panitia lakukan, kekurangan dari program People-to-People Exchange akan menjadi bahan evaluasi untuk lebih baik lagi pada program People-to-People Exchange berikutnya. Semua aktifitas program ini tidak akan berjalan tanpa bantuan teman-teman jaringan. Maka, kami selaku panitia menghaturkan banyak terima kasih kepada Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup (Eknas Walhi) yang telah mendukung acara ini berjalan lancar dan sumbangsihnya terhadap diskusi umum Alternative Development di penghujung acaranya.
Selain itu, kami juga berterima kasih kepada Tranformasi untuk Keadilan Indonesia (TuK) yang telah memberikan dukungan moril kepada kami. Dan tak lupa juga, terima kasih kepada INKRISPENA yang telah mendukung setiap aktifitas KPRI. Terakhir kami ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada anggota KPRI, SPP, BPRPI, SPRI, FSNN dan Aliansi Perpus Jalanan yang telah membantu kami dalam keikut-sertaan acara People-to-People Exchange tahun 2019.
(aip/yky)